Jumat, 28 November 2014

MENGINTIP KETELADANAN ATIQAH BINTI ZAID

Tanah yang Subur akan Menumbuhkan Tanaman yang Baik, dengan seizin Allah Swt.

Ayah Atiqah, Zaid bin Amr bin Nufail adalah sosok laki-laki yang hebat. Di tengah tradisi penyembahan berhala yang marak pada saat itu, ia merupakan orang yang bertahan dengan sisa-sisa ajaran Ibrahim As. Ia tidak makan bangkai dan tidak makan daging yang penyembelihannya atas nama selain Allah. Menurut saya ini hebat, sebab ia tetap bertahan dengan ketauhidan yang dibawa Ibrahim As di tengah tradisi-tradisi kemusyrikan dan pengkhianatan tauhid. Ia juga orang yang menentang tradisi pembunuhan anak perempuan dengan cara mengambil anak perempuan yang akan dikubur hidup-hidup oleh orang tuanya. Kemudian ia merawat bayi perempuan tersebut hingga tumbuh dewasa.

Dari Zaid bin Amr, saya belajar juga bahwa keimanan itu dijemput, sekali lagi, keimanan itu dijemput. Ia mencari tahu tentang ajaran hanifiah  dan meninggalkan tradisi-tradisi kaumnya secara diam-diam. sayangnya sebelum ia sempat menemukan Islam, ia telah wafat dengan segala bentuk penentangannya terhadap Laata, ‘Uzah maupun Hubal yang merupakan tuhan dari kaumnya.

Suatu hari putranya, Sa’id bin Zaid, bertanya kepada Rasulullah Saw.,”Apakah kami boleh memohon kepada Allah untuk mengampuni Zaid bin Amr?” Rasulullah menjawab,” Ya. Sesungguhnya Zaid bin Amr akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam kedudukannya sebagai satu umat.”

Perjalanan Cinta Atikah bin Zaid

Perjalanan cintanya dimulai dengan seorang putra dari Abu Bakar ash Shiddiq, Abdullah bin Abu Bakar. Keduanya merupakan pasangan yang sesuai. Atikah yang cantik jelita dan Abdullah yang merupakan pemudah gagah. Hal ini tentu membuat keduanya saling mencintai dengan cinta yang begitu besar. Abdullah pernah memberi harta khusus untuknya dengan syarat Atikah tidak akan menikah lagi jika Abdullah meninggal terlebih dahulu. Sayangnya, cinta di antara keduanya terlalu besar, mereka lalai untuk mencintai Allah lebih dari apapun. Abdullah mulai malas untuk terjun ke medan perang. Abu Bakar pun meminta keduanya bercerai dan berakhirlah kisah cinta keduanya. 
Ternyata Allah menyayangi mereka berdua. Keduanya dipertemukan lagi dan Abdullah diperkenankan oleh ayahnya untuk rujuk dengan Atikah. Sejak saat itu mereka tahu batasa-batasan cinta dengan sesama makhluk. Tidak ada cinta yang lebih besar selain dari Allah dan untukNya. Abdullah gugur sebagai syahid saat pasukan muslimin mengepung Kota Thaif. Ia terkena anak panah dan meninggal di Madinah.

Setelah menyelesaikan masa iddahnya. Atikah dilamar oleh Umar Al Faaruq.Atikah teringat janjinya dengan Abdullah untuk tidak menikah lagi jika Abdullah meninggal terlebih dahulu. Seorang utusan Umar menyampaikan pesan Umar kepadanya, ” Engkau telah mengharamkan sesuatu yang dihalalkan oleh Allah. Kembalikan harta yang engkau terima dari Abdullah dan keluarganya.” Maka menikahlah Atikah dengan Umar Al Faaruq.Ia belajar mendampingi dan mencintai Umar seperti halnya ia mencintai Abdullah yang telah pergi mendahuluinya. Ia besyukur sebab ia belajar banyak hal dari Umar, seorang pembesar Islam yang dikenal dengan keberanian dan ketegasannya. Ia mendampingi Umar dengan cinta karena Allah. Di tengah-tengah perasaan cintanya untuk Umar, ia dikejutkan dengan berita kematiannya. Umar syahid karena ditusuk dengan belati oleh Abu Lu’luah. Atikah pun sedih karena ini adalah kedua kalinya ia ditinggalkan oleh orang yang ia cintai.Di sisi lain, ia bersyukur sebab kedua orang yang meninggalkannya adalah para syuhada yang meninggal karena membela Islam.

Sepeninggal Asy Syahiid Umar, ia dinikahi oleh Zubair bin Awwam. Salah satu dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga yang juga merupakan pengawal setia Rasulullah. Zubair adalah ksatria penunggang kuda yang sangat pemberani dan tidak takut mati. Sejarah mencatat, ia tidak pernah absen dalam setiap perang yang dipimpin oleh Rasulullah. Atikah sangat bahagia dapat hidup bersamanya yang selalu sarat dengan ketaatan kepada Allah. Ia tahu bahwa suami ketiganya pun akan mati syahid, sebab Nabi pernah memberitahukannya semasa beliau masih hidup. Zubair meninggal sebagai syahid di lembah As Siba’. saat itu ia terkena anak panah hingga meninggal dunia.Atikah tidak tidak lagi sesedih ketika Abdullah dan Umar meninggalkannya, sebab ia sudah pernah mengetahui peristiwa ini dari Rasulullah, bahwa suami dari Atikah adalah seorang syaahid.

Akhir dari Perjalanan Hidup


Atikah hidup hingga awal kepemimpinan Muawiyah bin Abu Sufyan, khalifah pertama Dinasti Bani Umayyah, yakni sekitar tahun 41 H. Ia meninggal di atas tempat tidurnya dengan penuh kedamaian. Semoga Allah meridhainya dan membuat dirinya ridha, serta menjadikan Firdaus sebagai tempat persinggahan terakhirnya. Semoga Allah mengumpulkannya dengan para syuhada yang telah mendahuluinya.

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates